Halo teman-teman, apa kabar? Pada kesempatan ini kita akan membahas sesuai dengan judul postingan ini diatas yaitu bagaimana Ilmu Akhlak Pada Bangsa Yunani, untuk mengetahuinya lebih lanjut, silangkah teman-teman lanjut membaca sampai habis agar dapat mengetahui selengkapnya. Let to see

Akhlak Pada Bangsa Yunani

Pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak yang terjadi pada bangsa Yunani baru terjadi setelah munculnya apa yang disebut dengan Sophiticians yaitu orang orang yang bijaksana pada tahun 500-450 sebelum masehi. sedangkan sebelumnya dikalangan bangsa Yunani tidak dijumpai pembicaraan mengenai akhlak ini, karena pada saat itu perhatian mereka tercurah pada penyelidikan mengenai fenomena alam.

Dasar yang digunakan oleh para pemikir Yunani pada saat itu dalam membangun Ilmu Akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia. Akhlak yang telah mereka bangun lebih bersifat filosofis yaitu filsafat yang bertumpu pada kajian yang mendalam terhadap potensi kejiwaan yang ada didalam diri manusia itu sendiri atau bersifat anthroposentris.

Ini sangat mengesankan bahwa masalah yang berkaitan dengan akhlak adalah sesuatu yang fitra yang akan ada dengan adanya si manusia itu sendiri dan kemudian hasil yang didapatnya adalah Ilmu Akhlak yang berdasarkan pada logika yang murni. Hal ini tidak sepenuhnya salah, karena manusia secara lahiriyah telah dibekali dengan potensi memiliki tuhan, beragama, dan cenderung pada kebaikan.

Disamping itu juga manusia juga memiliki kecenderungan kepada keburukan dan keingkaran terhadap tuhannya. Namun kecenderungan terhadap yang baik, bertuhan dan memiliki agama yang jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan kecenderungan kepada hal-hal yang buruk.

Pandangan Dan Pemikiran Filsafat Yang Dikemukakan Para Filsuf Yunani

Pandangan dan pemikiran filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf Yunani tersebut secara redaksional berbeda-beda, tetapi pada dasarnya dan tujuannya sama, yaitu untuk menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani agar kemudian menjadi nasionalis yang baik lagi merdeka dan mengetahui apa saja kewajiban mereka terhadap tanah airnya.

Pandangan pada kewajiban ini menimbulkan pandangan mengenai pokok-pokok akhlak dan disertai dengan kritik dan kecaman terhadap tradisi dan kebiasaan lama yang dilakukan orang orang terdahulu, akibatnya timbulnya kemarahan dari kalangan terdahulu tersebut, kemudian hingga datangnya Plato yang kemudian dengan tegasnya menentang dan mengecam mereka dengan menuduhnya sebagai Sophistry.

Sophistry adalah orang yang pandai bersilat lidah dalam penyelidikan dan perdebatan

Sejarah mencatat bahwa filsuf Yunani yang mengemukakan pemikiran di bidang akhlak adalah Socrates pada tahun 468-399 M, Socrates dipandang sebagai seorang perintis Ilmu Akhlak, karena dia yang pertama kali bersungguh-sungguh membentuk pola hubungan antarmanusia dengan dasar ilmu pengetahuan. Dia berpendapat bahwa Akhlak dan Pola hubungan tersebut tidak akan menjadi benar, kecuali hal tersebut didasarkan pada ilmu pengetahuan sehingga dia berpendapat bahwa keutamaan itu adalah ilmu.

Namun demikian terhadap pemikiran Socrates para peneliti ada yang mengatakan bahwa Socrates tidak menunjukkan dengan jelas tentang tujuan akhir dari akhlak dan tidak pula memberikan patokan tentang ukuran yang dipergunakan untuk mengukur semua perbuatan dan menghukumkannya baik atau buruk. Akibat dari hal tersebut kemudian timbulah beberapa golongan yang mengemukakan berbagai teori tentang akhlak yang dihubungkan pada Socrates

Golongan Terpenting Yang lahir Setelah Socrates

Golongan Cynics

Golongan terpenting yang timbul setelah Socrates dan mengaku sebagai pengikut darinya yaitu Cynics dan Cyrenics. Golongan Cynics didirikan oleh Antithenes yang hidup pada tahun 444-370 SM. Menurut golongan ini ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan dan mereka juga berpendapat sebaik-baik manusia adalah yang berperangai ketuhanan. Sebagai konsekuensinya.

Golongan ini banyak mengurangi kebutuhannya terhadap dunia, mereka rela menerima apa adanya, suka terhadap menanggung penderitaan, tidak suka terhadap kemewahan, menjauhi kenikmatan, tidak peduli dengan cercaan orang yang penting mereka dapat memelihara akhlak yang baik lagi mulia. Golongan ini akan kita temui pada sufi dan filosof Islam.

Al Ghazali dalam teorinya yaitu berbudi pekerti dan budi pekerti Allah menurut kadar kesanggupan manusia dan juga pada pandangannya mengenai tawakkal, ridha, ikhlas, zuhud dan juga wara' sebagaimana yang terlihat dalam kitabnya yang terkenal yaitu Ihya' Ulum al-Din telah menggambarkan bahwa adanya akhlak tersebut. Diantara pemimpin paham golongan ini yang terkenal adalah Diogenes yang meninggal pada tahun 323 Sebelum masehi.

Golongan Cyrenics

Golongan selanjutnya adalah golongan Cyrenics yang didirikan oleh Aristippus yang lahir di Cyrena, Golongan ini berpendapat bahwa mencari kenikmatan dan mejauhi kepedihan adalah merupakan tujuan hidup yang benar. Menurutnya perbuatan yang utama adalah perbuatan yang tingkat dan kadar kenikmatan lebih besar dari pada kepedihan yang dirasakan, demikian menurutnya kebahagiaan dan keutamaan itu terdapat pada tercapainya kenikmatan dan mengutamakannya.

Penutup

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan adanya perkembangan Ilmu akhlak diluar agama islam yang terdapat pada bangsa Yunani, dan beberapa golongan yang lahir setelah Socrates yaitu Cynics dan Cyrenics yang sama-sama membicarakan tentang perbuatan baik, utama dan mulia, Namun ukuran yang mereka gunakan berbeda.

Golongan Cynics bersikap memusatkan hanya pada tuhan dengan cara manusia berupaya mengidentifikasi bagaimana sifat Tuhan dan menerepkannya didalam kehidupan sehari-hari yang wujudnya ditunjukkan sebagai seorang Zahid, Sedangkan golongan Cyrenics bersikap memusatkan pada manusia dengan cara manusia memaksimalkan perjuangan dirinya dan memenuhi kenikmatan yang ada didalam hidupnya.

Kedua golongan tersebut telah berbicara tentang akhlak yang mulia..
Semoga bermanfaat..

Sumber, Buku akhlak tasawuf