Akibat Maksiat

Maksiat merupakan perbuatan yang dapat membahayakan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Hanya Allah yang dapat mengetahui dampak dan akibat dari perbuatan maksiat. Namun demikian, dampak dari maksiat dapat dirasakan oleh pelaku yang melakukannya.

Perbuatan maksiat dapat menghalang ilmu

Ilmu merupakan penerang dan sebagai cahaya yang Allah berikan kepada kita. Tertanamnya ilmu di hati akan memudahkan kita dalam menjalankan hidup di dunia maupun jalan menuju akhirat. Dalam hadits nabi SAW disebutkan "barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR.Muslim, no. 2699). Namun ada penghalang bagi seseorang untuk mendapat Ilmu, yaitu seseorang senantiasa melakukan maksiat.

Ada sebuah kisah singkat, suatu ketika, Imam As-syafi'i duduk berhadapan dengan Imam Malik. Imam Syafi'i membacakan sesuatu yang membuat Imam Malik terkesan saat mendengarnya. Imam syafi'i berguru dengan Imam Malik, Imam Malik sangat kagum dengan kecepatan Imam Syafi'i dalam menangkap pelajaran, kecerdasan akal, serta kesempurnaan pemahaman yang dimiliki Imam Syafi'i. "Allah telah meletakkan cahaya dalam hatimu, Jangan padamkan cahaya itu dengan kegelapan maksiat," ujar Imam Malik.

Imam As-syafi'i berkata, "Aku mengeluhkan hafalanku yang buruk kepada Waki'. Ia menasihatiku agar meninggalkan maksiat. Pesar dari Waki', 'Ketahuilah, bahwa Ilmu itu anuegrah, dan anugerah Allah tidak berikan pelaku maksiat.'''

Maksiat dapat menghalangi rezeki

Pengaruh dosa pada rezeki seorang hamba disebutkan di dalam musnad, "seorang hamba tidak mendapatkan rezeki akibat dosa yang ia kerjakan." Allah menahan rezeki bagi orang-orang yang bermaksiat dan tidak bertakwa kepadanya. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Allah akan mendatangkan rezeki kepadanya. Sebaliknya, meninggalkan takwa kepada Allah akan mendatangkan kemiskinan dan kefakiran.

Maksiat dapat mendatangkan kerisauan dalam hati

Hubungan antara seorang hamba dengan Allah terletak dalam hatinya, tak ada keterikatan di antara keduanya tanpa disertai oleh ketenangan dalam hati. Kenikmatan yang ada di dunia, tak akan mampu menghilangkan kerisauan hati seorang manusia. Orang yang merasakan ketenangan adalah orang yang hatinya hidup yang selalu di isi dengan ketakwaan dan mengingat Allah. Orang yang hatinya mati tak bisa merasakan nikmat ketenangan dari Allah. Hanya orang berakal yang memilih meninggalkan maksiat.

Tak ada yang lebih pahit bagi seorang manusia melebihi kerisauan hati dan keterasingan dari orang lain, keluarga, dan lingkungan sekitarnya. Setiap kali rasa timbul rasa terasingkan menguat, akan mendorong menjauhkan diri dari lingkungan dan bahkan menghindar bertemu dengan orang lain. Ketika tidak berhasil memetik manfaat dari orang-orang baik disekitarnya. Akhirnya, lebih memilih mendekati golongan setan dan menjauh dari orang-orang baik yang dekat dengan Allah.

Perasaan tidak tenang ini akan bertambah hingga berhasil menguasai dirinya. Maka selanjutnya akan muncul perasaan terasing dari keluarga dan kerabat hingga membuat semakin risau dan tertekan. Agar hati kita selalu tenang dan mendapatkan nikmat ketenangan dari Allah lalu bagaimana ketenangan hati bisa datang ? Allah berfirman, "Ingatlah, hanya dengan meningatku hati menjadi tentram." (QS. Ar-ra'd: 28).

Maksiat akan mendatangkan kesulitan

Orang yang bermaksiat adalah orang yang kufur atas nikmat yang telah diberikan Allah. Maksiat menjadikan seorang hamba terjerat dengan banyak kesulitan. Ia tidak mempunyai solusi, cekuali melalui jalan yang serba sulit. Allah berfirman, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur kepadaku, maka akan ku tambah nikmat kepadamu, dan apabila kamu kufur atas nikmat-Ku maka tunggulah azabku amatlah pedih." (QS. Ibrahim: 7).

Nikmat yang telah Allah berikan kepada kita amatlah banyak diantaranya; nikmat Iman, dan islam, nikmat sehat dan dapat terlahir di dunia dalam keadaan muslim. Orang yang bertakwa kepada Allah selalu mendapatkan keringan dalam menjalankan kehidupannya di dunia dan di akhirat dan orang yang tidak bertakwa akan selalu menemui kesukaran dalam setiap urusannya. Sangat tidak heran apabila melihat seorang hamba yang mendapati pintu-pintu kebaikan dan kebaikannya tertutup, tetapi ia tak memahami bagaimana dan dari mana asal-muasalnya.

Maksiat dapat melemahkan kebaikan

Hal yang paling menakutkan bagi manusia adalah maksiat. Maksiat melemahkan kehendak yang baik, mengokohkan hasrat berbuat maksiat dan perbuatan yang buruk. Pada awalnya, keinginan untuk bertobat perlahan melemah dan pada akhirnya sirna dari seluruh haitnya. Orang yang meninggal yang sesama hidupnya banyak membaca istighfar dan mengingat Allah ta'ala, tetapi ia lakukan dengan tidak sunggu-sungguh, maka ia adalah pendusta.

Tobat lisannya ia panjatkan kepada Allah hingga berbusa-busa, tetapi hati dan perangainya melekat erat pada maksiat. Ia melakukannya berulang-ulang dan suka berada di dalamnya. Inilah penyakit yang paling parah dan paling dekat dengan kemungkaran. Masih banyak lagi akibat dari perbuatan maksiat, namun penulis hanya menulis lima diantaranya semoga bermanfaat.